LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
UJI BIURET DAN XANTOPROTEAT
NAMA
ANGGOTA:
v
JUMRIAH
v
KHUSNUL
MAHMUDAH
v
M.
WAHYUDI
v
MARDIANA
v
NOER
PUTRI WIJAYANTI
v
RAHMI
FIRLIA
v
RISKA
AULIA SARI
KELAS : XII – IPA I
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun
makhluk hidup. Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga
memiliki sifat dan fungsi. Sifat-sifat
dan fungsi protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi
utama protein dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun
selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk membran sel,
mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat antibodi.
Protein
adalah molekul raksasa yang
terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang disebut asam amino yang
tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu.
Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling
sederhana terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki
ribuan asam amino. Hal yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau
penggantian satu saja asam amino pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan
protein tersebut menjadi gumpalan molekul yang tidak berguna. Setiap asam amino
harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang tepat (Poedjiadi,
1994).
Protein yang terdapat dalam makanan
kita dicernakan dalam lambung dan usus menjadi asam-asam amino, yang diabsorsi
dan dibawa oleh darah ke hati. Sebagian asam amino diambil oleh hati, sebagian
lagi diedarkan ke dalam jaringan-jaringan di luar hati. Protein dalam sel-sel
tubuh dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang
digunakan untuk biosintesis protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi
asam keto yang dapat masuk kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea.
Hati merupakan organ tubuh dimana terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme.
Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses
katabolisme protein dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan. Asam
amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi
melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis
asam amino dalam sel (Poedjiadi, 1994).
Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus
fungsi yaitu gugus amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat
di alam ada beratus – ratus jumlahnya, namun yang diketahui ikut membangun
protein hanya sekitar 20 macam. Sifat asam amino antara lain memiliki titik
leleh di atas 200 °C, larut dalam senyawa polar dan tidak larut dalam senyawa
nonpolar serta memiliki momen dipol yang besar (Anonim a, 2011).
Beberapa Reaksi
Uji Protein (Page, 1989) :
A.
Percobaan
berdasarkan reaksi warna:
1)
Percobaan
kadar-N
Kapur natron, yaitu campuran NaOH dan Ca(OH)2 dalam tabung reaksi dengan larutan protein
dipanaskan. Keluarlah Amoniak dan Amina.Lakmus merah yang dibasahi menjadi
biru.
2) Reaksi
Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan
dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi pengendapan
putih yang dapat berubah menjadikuning apabila dipanaskan.. reaksi yang terjadi
ialah nitrasi pada inti Benzen yang terdapata pada molekul protein. Jadi,
reaksi ini positif untuk protein, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita bila
kena asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein
ini.
3)
Reaksi
Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat
dalam asam nitrat, apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan
endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya
reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri
dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan
memberikan reaksi positif.
4)
Reaksi Biuret
Larutan
Protein + NaOH + CuSO4 lembayung Berlaku untuk senyawaan yang
mempunyai jumlah ikatan peptida > 1. Reaksi ini dapat dipakai untuk
penentuan protein secara kualitatif dan kuantitatif.
Beberapa reaksi
uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi adanya protein, dalam larutan basa biuret memberikan warna
violet dengan CuSO4 karena akan terbentuk kompleks Cu2+
dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa.
Pengendapan dengan logam diketahui bahwa protein mempunyai daya untuk
menawarkan racun. Salting out, apabila terdapat garam-garam anorganik alam
presentase tinggi dalam larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang,
sehingga mengakibatkan pengendapan. Pengendapan dengan alkohol, penambahan
pelarut organik seperti aseton atau alkohol akan menurunkan kelarutan protein
pada kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar di
dalam molekul hingga menghasilkan protein yang dipol (Tim Dosen Kimia, 2011).
Fungsi
protein di dalam
tubuh kita sangat banyak, bahkan banyak dari proses pertumbuhan tubuh manusia
dipengaruhi oleh protein yang terkandung di dalam tubuh kita. Di bawah ini
beberapa fungsi protein yaitu (Anonim b, 2011):
a. Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis
dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa makromolekul spesifik yang disebut
enzim, dari reaksi yang
sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.
sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.
b. Alat pengangkut dan penyimpan
Banyak molekul dengan MB kecil
serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein
tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan
mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Pengatur pergerakan Protein merupakan
komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein
yang saling bergeseran.
c. Penunjang mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek
kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat
panjang dan mudah membentuk serabut. Pertahanan tubuh atau imunisasi Pertahanan
tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang dapat
mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh
seperti virus, bakteri, dan sel- sel asing lain.
d. Media perambatan impuls syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya
berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertind aksebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.
e. Pengendalian pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai
reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang
mengatur sifat dan karakter bahan
Struktur asam amino secara umum
adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2),
gugus karboksil
(COOH), atom hidrogen
(H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau
rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom
C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan
penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung
dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα
ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino. Asam amino biasanya
diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat
kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa
lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar (Anonim a, 2010).
Dari struktur umumnya, asam amino
mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus
karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus
karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam
amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia
yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan
esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai
asam dan memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa
dan menerima proton dari basa kuat (Girindra, 1986).
Semua asam amino yang ditemukan
pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan amino diikat pada
atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada gugus
R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan
dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan
gugus R-nya (Girindra, 1986).
Melalui reaksi hidrolisis protein
telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya,
berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar dengan gugus R
yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin,
Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar
tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein,
Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang
bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang
bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai
delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin,
Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa
disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar
seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Girindra, 1986).
1.2 Rumusan masalah
·
Bagaimana cara
mengidentifikasi dan mengetahui adanya protein ?
1.3 Tujuan Percobaan
· Untuk mengetahui dan menguji kandungan protein dalam senyawa sampel.
1.4 Hari dan tanggal
·
Jum’at , 06 Desember 2013
1.5 Tempat praktikum
·
Laboratorium kimia SMAN 1 Simpang Empat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Dasar
Protein
merupakan polimer dari asam amino dan merupakan sebagian besar dari tubuh
manusia dan hewan tingkat tinggi. Sebagian
protein merupakan penyusun tubuh (daging, kulit, rambut, dan lain-lain),
sebagian mempunyai fungsi katalis (enzim), yang menyebabkan reaksi-reaksi
tertentu dapat berlangsung baik pada kondisi tubuh. Protein disusun oleh α asam
amino dengan melalui ikatan amida yang disebut ikatan peptida (Respati, 1980:128)
Protein memiliki makromolekul (BM >
40.000) dan termasuk juga kelompok makronutrien dengan Polipeptida
rantaipanjang dengan salah satu ujungnya berupa asam karboksilat dan ujung
lainnya gugusamina. Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi biologinya,
yaitu sebagai enzim, protein transport, protein nutrient dan penyimpan, protein
kontraktil atau motil, protein structural, protein pertahanan, dan protein
pengatur. Protein dapat juga dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan
bentuk dan sifat-sifat fisiknya, yaitu protein globular dan protein serabut
(Lehninger, 1982)
Dalamprotein globuler, rantai-rantai
samping hidrofil dan polar berada di bagian luar dan rantaisamping hidrofob dan
nonpolar berada di bagian dalam (Purwoko dkk, 2007)
Berdasarkan komposisi kimianya, protein
dibagi atas:
1.
Simple Protein: Merupakan protein yang hanya mengandung 1-alfa-asam amino atau
derivatnya. Beberapa contoh Simple Protein antara lain: albumin, globulin,
glutein, protamin, albuminoid, dan histon.
2.
Conjugated Protein: Merupakan protein yang bergabung dengan zat yang bukan
protein. Zat yang bukan protein ini disebut gugus prostetik. Beberapa contoh
Conjugated Protein antara lain: nukleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein,
lipoprotein, dan metalloprotein. Sifat-sifat struktural protein dianggap berada
dalam 4 buah telurnan yaitu :
a).
Struktur primer : rangkaian asam amino dan lokasi setiap ikatan disulfida
dikode dalam gen
b).
Struktur sekunder : pelipatan rantai polipeptida menjadimultiplikasi motif
terikat hidrogen seperti struktur α-heliks dan β-pleated sheet. Kombinasi
motif-motif ini dapat membentuk motif supersekunder.
c).
Struktur tersier : hubungan anta-domain struktural sekunder dan antar-residu
yang letaknya terpisah jauh dalam pengertian struktur primer.
d).
Struktur kwartener : hanya terdapat dalam protein oligomerik ( protein dengan
dua atau tiga rantai polipeptida), menjelaskan titik-titik kontak dan hubungan
lainnya antara polipeptida atau subunit inti(Panil, 2004)
2.2 Indikator
Merancang
dan melakukan percobaan untuk mengidentifikasi protein dalam makanan.
2.3 Hipotesis
Ikatan
peptide ada di setiap makanan yang mengandung protein.
2.4 Variabel
a.
Variabel control : semua bahan yang mengandung protein
(asam amino)
b.
Variabel manipulasi : CuSO4 dan NaOH 6 M
c.
Variabel respon : perubahan warna
2.5 Alat dan bahan yang digunakan
Alat
|
Bahan
|
Tabung
reaksi
|
Putih
telur
|
Gelas
Kimia
|
Agar-agar
|
Gelas
ukur
|
Susu
kental
|
Pipet
tetes
|
Susu
Cair
|
Penjepit
tabung
|
Ikan
asin
|
Kaki
3
|
Benang
wol
|
Spirtus
|
Larutan
tembaga (II) Sulfat
|
Spatula
kaca
|
Larutan
HNO3 pekat dan NaOH (uji xantoproteat
|
|
Larutan
CuSO4 dan NaOH (uji biuret)
|
2.6 Cara Kerja
1.
Uji Biuret
·
Ikan asin dibakar sampai hitam, hancurkan dan masukkan
kedalam tabung reaksi. Tambahkan larutan NaOH 2 ml dan CuSO4 4
tetes. Amati perubahan warna yang terjadi. Lakukan langkah yang sama untuk uji
biuret pada benang wol.
·
Putih telur dimasukkan kedalam tabung reaksi beri larutan
NaOH 2 ml dan CuSO4 sebanyak 4 tetes. Amati perubahan warna yang
terjadi. Lakukan langkah yang sama untuk uji biuret pada agar-agar,kapas,susu
cair,dan susu kental.
2.
Uji Xantoproteat
Tambahkan 2 tetes larutan HNO3
pekat ke dalam 1 ml putih telur. Panaskan selama 2 menit, kemudian amati
perubahannya setelah dingin tamabahkan 4 tetes NaOH, amati pula perubahannya.
Lakukan langkah yang sama pada susu cair, agar-agar dan kapas dengan terlebih
dahulu menambahkan 10 tetes air.
BAB
III
HASIL
PENGAMATAN
3.1 Tabel Pegamatan
1. Tabel pada tes
Biuret
No
|
Bahan
|
Larutan Yang di Gunakan
|
Warna Awal
|
Warna Akhir
|
1
|
Susu kental
|
NaoH + CuSo4
|
Cream
|
Ungu
|
2
|
Putih Telur
|
NaoH + CuSo4
|
Bening
|
Ungu
|
3
|
Agar-Agar
|
NaoH + CuSo4
|
Cream
|
Biru
|
4
|
Susu cair
|
NaoH + CuSo4
|
Putih
|
Ungu
|
5
|
Ikan asin
|
NaoH + CuSo4
|
Keruh
|
Hitam pekat
|
6
|
Kapas
|
NaoH + CuSo4
|
Putih
|
Biru langit
|
7
|
Benang wol
|
NaoH + CuSo4
|
Hitam
(setelah dibakar)
|
Biru
|
2. Tabel pada tes Xanthoprotein
No
|
Bahan
|
Larutan Yang di Gunakan
|
Warna Awal
|
Warna Akhir setelah di panaskan
|
1
|
Kapas
|
HNO3
|
Putih
|
Tidak terjadi perubahan warna, tetapi
menyusut dan
|
2
|
Putih Telur
|
HNO3
|
Bening
|
Berwarna kekuningan,Telur memadat
|
3
|
Agar-Agar
|
HNO3
|
Cream
|
Berwarna putih keruh dan cair
|
4
|
Susu cair
|
HNO3
|
Putih
|
Tidak terjadi perubahan warna,
mendidih
|
No
|
Bahan
|
Larutan Yang di Gunakan
|
Warna Awal setelah di panaskan
|
Warna
Akhir
|
1
|
Kapas
|
NAOH
|
Tidak terjadi perubahan warna,
menyusut
|
Tidak terjadi perubahan
|
2
|
Putih Telur
|
NAOH
|
Berwarna kekuningan,Telur memadat
|
Berwarna jingga kemerahan dan padat
|
3
|
Agar-Agar
|
NAOH
|
Berwarna putih keruh dan berbusa
|
Berwarna jingga kecoklatan
|
4
|
Susu cair
|
NAOH
|
Tidak terjadi perubahan
warna,mendidih
|
Berwarna kuning kejinggaan
|
3.2 Pembahasan
·
Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk menguji adanya ikatan peptide
pada makanan berprotein. Adanya ikatan peptide ditunjukkan oleh perubahan warna
ungu pada bahan-bahan yang diuji.
·
Uji Xantoproteat
Uji Xantoproteat
digunakan untuk menguji adanya inti benzene didalam makanan berprotein. Adanya
inti benzene ini ditandai oleh perubahan warna orange pada bahan-bahan yang
diuji.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
·
Uji Biuret
Dari data pengamatan
diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa putih telur, susu kental dan susu cair
mengandung ikatan peptide. Sedangkan ikan asin, kapas, agar-agar dan benang
wol tidak mengandung ikatan peptide.
·
Uji Xantoproteat
Tidak semua makanan
berprotein mengandung inti benzene. Agar-agar, susu cair, putih telur,
mengandung inti benzene. Sedangkan kapas tidak
mengandung inti benzene.
4.2. Saran
Adapun saran yang bisa diberikan untuk pelaksanaan praktikum
ini adalah sebaiknya pada saat mengamati perubahan warna yang ditimbulkan oleh
tiap-tiap bahan makanan harus dilakukan dengan teliti dan cermat agar tidak
terjadi kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
·
www.praktikum/LAPORAN
PRAKTIKUM PROTEIN IRFA BLOG.htm
·
Respati, 1980. Pengantar
Kimia Organik. Aksara Baru. Jakarta.
·
Lehninger, Albert l. 1982. Dasar – Dasar Biokimia Jilid I.
Jakarta : Erlangga.
·
Panil, Zulbadar. 2004. Memahami Teori dan Praktek Biokimia
Dasar Medis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar :
Posting Komentar