Laman

Sabtu, 08 Maret 2014

laporan kimia uji biuret dan xantoproteat



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
UJI BIURET DAN XANTOPROTEAT
NAMA ANGGOTA:
v     JUMRIAH
v     KHUSNUL MAHMUDAH
v     M. WAHYUDI
v     MARDIANA
v     NOER PUTRI WIJAYANTI
v     RAHMI FIRLIA
v     RISKA AULIA SARI

KELAS : XII – IPA I
SMAN 1 SIMPANG EMPAT
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat  dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat antibodi.
Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling sederhana terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki ribuan asam amino. Hal yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam amino pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi gumpalan molekul yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang tepat (Poedjiadi, 1994).
Protein yang terdapat dalam makanan kita dicernakan dalam lambung dan usus menjadi asam-asam amino, yang diabsorsi dan dibawa oleh darah ke hati. Sebagian asam amino diambil oleh hati, sebagian lagi diedarkan ke dalam jaringan-jaringan di luar hati. Protein dalam sel-sel tubuh dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang digunakan untuk biosintesis protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi asam keto yang dapat masuk kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea. Hati merupakan organ tubuh dimana terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme. Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses katabolisme protein dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel (Poedjiadi, 1994).
Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat di alam ada beratus – ratus jumlahnya, namun yang diketahui ikut membangun protein hanya sekitar 20 macam. Sifat asam amino antara lain memiliki titik leleh di atas 200 °C, larut dalam senyawa polar dan tidak larut dalam senyawa nonpolar serta memiliki momen dipol yang besar (Anonim a, 2011).
Beberapa Reaksi Uji Protein  (Page, 1989) :
A.     Percobaan berdasarkan reaksi warna:
1)      Percobaan kadar-N
Kapur natron, yaitu campuran NaOH dan Ca(OH)2  dalam tabung reaksi dengan larutan protein dipanaskan. Keluarlah Amoniak dan Amina.Lakmus merah yang dibasahi menjadi biru.
2)      Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi pengendapan putih yang dapat berubah menjadikuning apabila dipanaskan.. reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti Benzen yang terdapata pada molekul protein. Jadi, reaksi ini positif untuk protein, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita bila kena asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein ini.
3)      Reaksi Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat, apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan reaksi positif.


4)      Reaksi Biuret
            Larutan Protein + NaOH + CuSO4                   lembayung                   Berlaku untuk senyawaan yang mempunyai jumlah ikatan peptida > 1. Reaksi ini dapat dipakai untuk penentuan protein secara kualitatif dan kuantitatif.
            Beberapa reaksi uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi adanya protein, dalam larutan basa biuret memberikan warna violet dengan CuSO4 karena akan terbentuk kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Pengendapan dengan logam diketahui bahwa protein mempunyai daya untuk menawarkan racun. Salting out, apabila terdapat garam-garam anorganik alam presentase tinggi dalam larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang, sehingga mengakibatkan pengendapan. Pengendapan dengan alkohol, penambahan pelarut organik seperti aseton atau alkohol akan menurunkan kelarutan protein pada kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar di dalam molekul hingga menghasilkan protein yang dipol (Tim Dosen Kimia, 2011).
Fungsi protein di dalam tubuh kita sangat banyak, bahkan banyak dari proses pertumbuhan tubuh manusia dipengaruhi oleh protein yang terkandung di dalam tubuh kita. Di bawah ini beberapa fungsi protein yaitu (Anonim b, 2011):
a.      Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang
sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologis.
b.      Alat pengangkut dan penyimpan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Pengatur pergerakan Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.

c.       Penunjang mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut. Pertahanan tubuh atau imunisasi Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel- sel asing lain.
d.      Media perambatan impuls syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertind aksebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.
e.      Pengendalian pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar (Anonim a, 2010).
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat (Girindra, 1986).

Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan gugus R-nya (Girindra, 1986).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Girindra, 1986).



1.2  Rumusan masalah
·        Bagaimana cara mengidentifikasi dan mengetahui adanya protein ?
1.3 Tujuan Percobaan
·        Untuk mengetahui dan menguji kandungan protein dalam senyawa sampel.
1.4 Hari dan tanggal
·         Jum’at , 06 Desember 2013
1.5 Tempat praktikum
·         Laboratorium kimia SMAN 1 Simpang Empat





















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Dasar
Protein merupakan polimer dari asam amino dan merupakan sebagian besar dari tubuh manusia dan hewan tingkat tinggi. Sebagian protein merupakan penyusun tubuh (daging, kulit, rambut, dan lain-lain), sebagian mempunyai fungsi katalis (enzim), yang menyebabkan reaksi-reaksi tertentu dapat berlangsung baik pada kondisi tubuh. Protein disusun oleh α asam amino dengan melalui ikatan amida yang disebut ikatan peptida (Respati, 1980:128)
Protein memiliki makromolekul (BM > 40.000) dan termasuk juga kelompok makronutrien dengan Polipeptida rantaipanjang dengan salah satu ujungnya berupa asam karboksilat dan ujung lainnya gugusamina. Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi biologinya, yaitu sebagai enzim, protein transport, protein nutrient dan penyimpan, protein kontraktil atau motil, protein structural, protein pertahanan, dan protein pengatur. Protein dapat juga dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan sifat-sifat fisiknya, yaitu protein globular dan protein serabut (Lehninger, 1982)
Dalamprotein globuler, rantai-rantai samping hidrofil dan polar berada di bagian luar dan rantaisamping hidrofob dan nonpolar berada di bagian dalam (Purwoko dkk, 2007)
Berdasarkan komposisi kimianya, protein dibagi atas:
1.      Simple Protein: Merupakan protein yang hanya mengandung 1-alfa-asam amino atau derivatnya. Beberapa contoh Simple Protein antara lain: albumin, globulin, glutein, protamin, albuminoid, dan histon.
2.      Conjugated Protein: Merupakan protein yang bergabung dengan zat yang bukan protein. Zat yang bukan protein ini disebut gugus prostetik. Beberapa contoh Conjugated Protein antara lain: nukleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein, lipoprotein, dan metalloprotein. Sifat-sifat struktural protein dianggap berada dalam 4 buah telurnan yaitu :
a).    Struktur primer : rangkaian asam amino dan lokasi setiap ikatan disulfida dikode dalam gen
b).    Struktur sekunder : pelipatan rantai polipeptida menjadimultiplikasi motif terikat hidrogen seperti struktur α-heliks dan β-pleated sheet. Kombinasi motif-motif ini dapat membentuk motif supersekunder.
c).    Struktur tersier : hubungan anta-domain struktural sekunder dan antar-residu yang letaknya terpisah jauh dalam pengertian struktur primer.
d).   Struktur kwartener : hanya terdapat dalam protein oligomerik ( protein dengan dua atau tiga rantai polipeptida), menjelaskan titik-titik kontak dan hubungan lainnya antara polipeptida atau subunit inti(Panil, 2004)

2.2  Indikator
Merancang dan melakukan percobaan untuk mengidentifikasi protein dalam makanan.
2.3 Hipotesis
Ikatan peptide ada di setiap makanan yang mengandung protein.
2.4 Variabel
a.      Variabel control       : semua bahan yang mengandung protein (asam amino)
b.      Variabel manipulasi : CuSO4 dan NaOH 6 M
c.       Variabel respon       : perubahan warna

2.5 Alat dan bahan yang digunakan

Alat
Bahan
Tabung reaksi
Putih telur
Gelas Kimia
Agar-agar
Gelas ukur
Susu kental
Pipet tetes
Susu Cair
Penjepit tabung
Ikan asin
Kaki 3
Benang wol
Spirtus
Larutan tembaga (II) Sulfat
Spatula kaca
Larutan HNO3 pekat dan NaOH (uji xantoproteat

Larutan CuSO4  dan NaOH (uji biuret)



2.6  Cara Kerja

1.      Uji Biuret
·         Ikan asin dibakar sampai hitam, hancurkan dan masukkan kedalam tabung reaksi. Tambahkan larutan NaOH 2 ml dan CuSO4 4 tetes. Amati perubahan warna yang terjadi. Lakukan langkah yang sama untuk uji biuret pada benang wol.
·         Putih telur dimasukkan kedalam tabung reaksi beri larutan NaOH 2 ml dan CuSO4 sebanyak 4 tetes. Amati perubahan warna yang terjadi. Lakukan langkah yang sama untuk uji biuret pada agar-agar,kapas,susu cair,dan susu kental.
2.      Uji Xantoproteat
Tambahkan 2 tetes larutan HNO3 pekat ke dalam 1 ml putih telur. Panaskan selama 2 menit, kemudian amati perubahannya setelah dingin tamabahkan 4 tetes NaOH, amati pula perubahannya. Lakukan langkah yang sama pada susu cair, agar-agar dan kapas dengan terlebih dahulu menambahkan 10 tetes air.

















BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1   Tabel Pegamatan

1.       Tabel pada tes Biuret

No
Bahan
Larutan Yang di Gunakan
Warna Awal
Warna Akhir
1
Susu kental
NaoH + CuSo4
Cream
Ungu
2
Putih Telur
NaoH + CuSo4
Bening
Ungu
3
Agar-Agar
NaoH + CuSo4
Cream
Biru
4
Susu cair
NaoH + CuSo4
Putih
Ungu
5
Ikan asin
NaoH + CuSo4
Keruh
Hitam pekat
6
Kapas
NaoH + CuSo4
Putih
Biru langit
7
Benang wol
NaoH + CuSo4
Hitam
(setelah dibakar)
Biru

2.       Tabel pada tes Xanthoprotein

No
Bahan
Larutan Yang di Gunakan
Warna Awal
Warna Akhir setelah di panaskan
1
Kapas
HNO3
Putih
Tidak terjadi perubahan warna, tetapi menyusut dan
2
Putih Telur
HNO3
Bening
Berwarna  kekuningan,Telur memadat
3
Agar-Agar
HNO3
Cream
Berwarna putih keruh dan cair
4
Susu cair
HNO3
Putih
Tidak terjadi perubahan warna, mendidih




No
Bahan
Larutan Yang di Gunakan
Warna Awal setelah di panaskan
Warna Akhir
1
Kapas
NAOH
Tidak terjadi perubahan warna, menyusut
Tidak terjadi perubahan
2
Putih Telur
NAOH
Berwarna kekuningan,Telur memadat
Berwarna jingga kemerahan dan padat
3
Agar-Agar
NAOH
Berwarna putih keruh dan berbusa
Berwarna jingga kecoklatan
4
Susu cair
NAOH
Tidak terjadi perubahan warna,mendidih
Berwarna kuning kejinggaan



3.2  Pembahasan
·         Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk menguji adanya ikatan peptide pada makanan berprotein. Adanya ikatan peptide ditunjukkan oleh perubahan warna ungu pada bahan-bahan yang diuji.
·         Uji Xantoproteat
Uji Xantoproteat digunakan untuk menguji adanya inti benzene didalam makanan berprotein. Adanya inti benzene ini ditandai oleh perubahan warna orange pada bahan-bahan yang diuji.



BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
·         Uji Biuret
Dari data pengamatan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa putih telur, susu kental dan susu cair mengandung ikatan peptide. Sedangkan ikan asin, kapas, agar-agar dan benang wol  tidak mengandung ikatan peptide.
·         Uji Xantoproteat
Tidak semua makanan berprotein mengandung inti benzene. Agar-agar, susu cair, putih telur, mengandung inti benzene. Sedangkan kapas tidak  mengandung inti benzene.

4.2. Saran
Adapun saran yang bisa diberikan untuk pelaksanaan praktikum ini adalah sebaiknya pada saat mengamati perubahan warna yang ditimbulkan oleh tiap-tiap bahan makanan harus dilakukan dengan teliti dan cermat agar tidak terjadi kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil praktikum.



DAFTAR PUSTAKA
·         www.praktikum/LAPORAN PRAKTIKUM PROTEIN   IRFA BLOG.htm
·         Respati, 1980. Pengantar Kimia Organik. Aksara Baru. Jakarta.
·         Lehninger, Albert l. 1982. Dasar – Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta : Erlangga. 
·         Panil, Zulbadar. 2004. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Tidak ada komentar :

Posting Komentar